BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anti tuberculosis adalah obat –
obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk
mengobati penderita tuberculosis.
Tuberkulosis ( TBC atau TB )
adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobakterium tuberculosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan – benjolan kecil di
paru – paru dan ditularkan lewat organ pernapasan. Kuman TBC pertama kali di
temukan oleh dr. Robert Koch (1982). Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini
lebih ini lebih sering menginfeksi organ paru-aru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia.
BAB II
ISI
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja
(tua,muda,laki-laki,perempuan,kaya, atau miskin) dan dimana saja. Setiap
tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya di sebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun
1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0.2 -
.065%. sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000
kasus ( 256 kasus/100.000 penduduk ), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri micobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal jua sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan
oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut di beri nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru –
paru kadang di sebut sebagai Koch Pulmonum ( KP ). Sampai saat ini di indonesia
penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, jal
ini di sebabkan oleh :
1.
Masih kurangnya kesadaran untuk
hidup sehat
2.
Perumahan yang tidak memenuhi
syarat ( ventilasi dan masuknya cahaya matahari )
3.
Kebersihan/hygiene
4.
Kurang gizi / gizi kurang baik
Cara Penularan Penyakit
TBC
Penyakit TBC biasanya menular
melalui udara yang tercemar dengan bakteri micobakterium
tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak –
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalm paru – paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulahinfeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti :
paru-paru, otak, ginjal,saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dll,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru – paru.
Saat micobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru – paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk giobular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologi s
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding itu oleh sel
– sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk – bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rotgen.
Pada sebagian orang dengan
system imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya.
Sedangkan pada orang-orang dengan system
kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah
ruang di dalam paru – paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi Sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan
sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi
yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan,
antara lain memburuknya kondisi social ekonomi, belum optimalnya fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemic dari infeksi HIV. Disamping itu
daya tahan tubuh yang lemah / menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan
factor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose secara klinik.
Gejala Sistemik/umum
1.
Deman tidak terlalu tinggi yang
berlangsung lama, biasanya dirasakan di malam hari di sertai keringat malam.
Kadang – kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
2.
Penurunan nafsu makan dan berat
badan
3.
Batu – batuk selama lebih dari
3 minggu (dapat disertai dengan darah)
4.
Perasaan tidak enak (malise), lemah
Gejala Khusus
1.
Tergantung dari organ tubuh
mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
2.
Kalau ada cairan dirongga pleura ( pembungkus paru-paru ), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3.
Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
4.
Pada anak – anak dapat mengenai
otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira – kira 30-50% anak
yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberculin
positif. Pada anak usia 3 tahun – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, di laporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai
seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah :
Ø Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Ø Pemeriksaaan fisik
Ø Pemeriksaan laboratorium ( darah, dahak, cairan otak )
Ø Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
Ø Rontgen dada ( thorax photo)
Ø Uji tuberculin
Bagaimana mencegah agar
tidak tertular kepada orang lain
1.
Penderita tuberculosis paru :
Ø Minum obat secara teratur sampai selesai
Ø Menutup mulut waktu bersin atau batuk
Ø Tidak meludah di sembarang tempat
Ø Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau ditempat yang diisi
sabun atau karbol/lisol
2.
Untuk keluarga
Ø Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
Ø Buka jendela lebar – lebar agar udara segar & sinar matahari
dapat masuk
Ø Kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari
3.
Pencegahan yang lain
Ø Imunisasi pada bayi
Ø Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
Ø Memberikan vaksin BCG ( Basil
Calmette Guerin )
Ø Reaksi Mantoux yaitu penyuntikan yang dilakukan di lengan atas
dengan tuberculin ( fiktrat dari pembiakan basil TBC ). Bila di tempat
penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi
TBC.
Pengobatan
Sebelum ditemukan obat – obat
yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada
terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat
total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan Vitamin A.
Dengan pengobatan modern,
setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak
lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus
zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin
(wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu cukup lama.
Pengobatan
terdiri dari 2 fase :
1.
Fase intensif terdiri dari
isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan. Untuk mencegah resistensi
dapat ditambahkan etambutol
2.
Fase pemeliharaan menggunakan
isoniazid dan rifampisin selama 7 bulan lagi, sehingga seluruh masa pengobatan
menjadi 9 bulan.
studi baru memperlihatkan bahwa kur singkat 6 bulan yakni 2 bulan
dengan 4 obat dan 4 bulan dengan 2 obat sama efektifnya
Tujuan pengobatan kombinasi
1.
Mencegah resistensi
2.
Praktis karena dapat diberikan
sebagai dosis tunggal
3.
Mengurangi efek samping
Tuberkulostatik
dibagi dalam 2 golongan :
a.
Obat primer : isoniazid,
rifampisin, pirazinamida, etambutol, streptomisin ( kanamisin,amikasin). Obat –
obat ini paling efektif dengan toksisitas paling rendah, tapi harus dikombinasi
untuk mencegah resistensi.
b.
Obat sekunder : klofazimin,
flourkinolon, sikloserin, rifabutin, dan PAS. Obat – obat ini mempunyai
kegiatan lebih lemah, dan hanya di gunakan bila terjadi resistensi.
Informasi
obat dengan resep dokter :
1.
Rifampisin
indikasi Pengobatan tuberculosis, lepra dan meningitis
indikasi Pengobatan tuberculosis, lepra dan meningitis
Efek samping mual, muntah, diare, pusing, gangguan
pengelihatan
Peringatan perlu penerangan
rifampisin menyebabkan warna merah pada urin,
tinja, liur, dahak,
keringat dan air mata
sediaan kapsul
300mg, 450mg, kaptab 600mg
2.
Ethambutol
Indikasi Tuberkilosis
dengan kombinasi bersama obat lain
Efek samping Neuritis optic, buta warna merah/hijau, neuritis
perifer
Sediaan Tablet
250mh & 500mg
Cara penyimpanan Wadah kedap udara
3.
Isoniazid
Indikasi Tuberkulosis,
kombinasi obat lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat
dibanding obat lain
Efek samping neuritis perifer ( gangguan saraf dengan gejala
kejang – kejang ) yang
dapat dicegah dengan
pemberian pyridoxine ( vitamin B6). INH kalau
digunakan sebagai obat
tunggal, resistensinya sangat cepat
Sediaan tablet
100mg & 300mg
4.
Pirazinamid
Indikasi tuberculosis
dalam kombinasi dengan obat lai, khasiatnya diperkuat
oleh isoniazida
Efek samping Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan hati )
terutama pada dosis lebih
dari 2g/ hari
Sediaan Tablet
500mg
Cara penyimpanan wadah kedap udara terlindung dari sinar
Spesialite obat – obat TBC
No
|
Generik
dan Latin
|
Dagang
|
Pabrik
|
1
|
Isoniazid
|
INH Ciba
Pehadoxin
Inoxin
|
Sandoz
Phapros
Dexa Medica
|
2
|
Rifampisin
|
Rif
Rifamtibi
|
Armoxindo
Sanbe
|
3
|
Pirazinamid
|
Pezeta-Ciba 500
Prazina
|
Sandoz
Armoxindo
|
4
|
Ethambutol HCL
|
Cetabutol
Etibi
|
Soho
Rocella
|
5
|
Isoniazida + Vit B6
|
Pehadoxin
Inoxin
|
Phapros
Dexa Medica
|
6
|
INH + Vit B6 +
Ethambutol
|
Intam 6
Metham
Mycotambin-INH forte
|
Aventis
Promed Rahardjo
United American
|
7
|
Rifampicin + INH
|
Rimactazid
Ramicin-Iso
|
Sandoz
Westmont Medifarma
|
I have being on blog Sites for a while now and today I felt like I should share my story because I was a victim too. I had HIV for 6 years and i never thought I would ever get a cure I had and this made it impossible for me to get married to the man I was supposed to get married to even after 2 years of relationship he broke up with me when he finds out I was HIV positive. So I got to know about Dr. Itua on Blog Site who treated someone and the person shared a story of how she got a cured and let her contact details, I contacted Dr. Itua and he actually confirmed it and I decided to give a try too and use his herbal medicine that was how my burden ended completely. My son will be 2 soon and I am grateful to God and thankful to his medicine too.Dr Itua Can As Well Cure The Following Disease…Alzheimer’s disease,Bechet’s disease,Crohn’s disease,Parkinson's disease,Schizophrenia,Lung Cancer,Breast Cancer,Colo-Rectal Cancer,Blood Cancer,Prostate Cancer,siva.Fatal Familial Insomnia Factor V Leiden Mutation ,Epilepsy Dupuytren's disease,Desmoplastic small-round-cell tumor Diabetes ,Coeliac disease,Creutzfeldt–Jakob disease,Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity
BalasHapusSyndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresSclerosis,Seizures,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma,Allergic diseases.Hiv_ Aids,Herpe ,Copd,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Alzheimer's disease,
Dementia.
,Cushing’s disease,Heart failure,Multiple Sclerosis,Hypertension,Colo_Rectal Cancer,Lyme Disease,Blood Cancer,Brain Cancer,Breast Cancer,Lung Cancer,Kidney Cancer, HIV, Herpes,Hepatitis B, Liver Inflammatory,Diabetes,Fibroid, Get Your Ex Back, If you have (A just reach him on drituaherbalcenter@gmail.com / info@drituaherbalcenter.com Or Whatsapp Number.+2348149277967)He can also advise you on how to handle some marital's issues. He's a good man.